Thursday, May 15, 2014

Keteguhan Zulkifli Lubis dalam Merintis Dunia Intelijen Profesional

Di dalam perang ada dua teori besar yang sering digunakan yaitu teori perang terbuka dan teori perang tertutup. Dalam teori perang terbuka,  suatu Negara akan berhadapan secara langsung tanpa memiliki strategi yang yang mapan dalam menghadapi Negara lain. Selain itu suatu Negara harus menghadapi musuh dengan jumlah pasukan tiga kali lebih banyak daripada pasukan musuh. Misalnya untuk menghadapi pasukan sejumlah lima ribu orang suatu Negara harus mengerahkan pasukan sebanyak 15.000 orang. Teori yang kedua adalah teori perang tertutup yang dipelopori oleh Sun Zhu, yaitu seranglah musuhmu dengan cara yang lebih halus dan dalam keadaan  dan posisi yang tidak menguntungkan untuk musuh. Maksud dari penyataan tersebut adalah menyerang musuh di titik kelemahannya dengan menggunakan kekuatan kita dan memanfaatkan kondisi situasi dan lingkungan yang merugikan bagi musuh. Perang yang dimaksud oleh Sun Zhu juga meliputi perang urat syaraf (Cy War) yang meliputi konspirasi dan propaganda serta perang tertutup yang dilakukan tanpa menggunakan kekuatan angkatan bersenjata. Melihat dua teori besar tersebut, intelijen dapat dikatakan sebagai ilmu, kegiatan, maupun organisasi yang cenderung menggunakan teori perang tertutup yang dikemukakan oleh Sun Zhu sehingga sering disebut bahwa Sun Zhu adalah bapak intelijen dunia.

Pada saat ini dunia intelijen telah semakin berkembang  dalam segala aspek, mulai dari technology advancement sampai kepada human intelligence-nya yang dimana sosok seorang pemimpin itu sangat diperlukan dalam pembentukan dan pengembangan dan pembentukan human intelligence seseorang. Dalam melakukan manajemen, pemimpin akan melakukan fungsi manajemen dimana dia akan melakukan controlling dan directing terhadap orang-orang yang bekerja dibawah kepemimpinannya sehingga pemimpin tersebut akan memberikan evaluasi dan masukan-masukan kepada bawahan bagaimana cara bekerja yang baik dan benar sesuai dengan apa yang telah ditentukan dalam AD/ART organisasi. Seorang pemimpin dalam suatu organisasi/lembaga akan menentukan behavior (sifat) organisasi/lembaga tersebut karena pada dasarnya pemimpin lah yang menentukan arah kebijakan dan cara pandang suatu organisasi/lembaga dalam menghadapi suatu permasalahan. Oleh karena itu pimpinan organisasi/lembaga intelijen akan menentukan bagaimana kinerja personil intelijen yang berada di bawah kepemimpinannya. Oleh karena itu pribahasa “tidak jauh buah dari pohonnya” dapat dikaitkan dengan kemiripan sifat dan watak seorang bawahan terhadap siapa yang telah memimpin dan mengarahkan dia selama itu.
  
BIN (Badan Intelijen Negara) adalah suatu lembaga Negara yang dimiliki Indonesia untuk menjalankan tugas pokok dan fungsi intelijen. BIN mirip dengan lembaga Negara lainnya dimana BIN telah mengalami perkembangan dan perjalanan sejarah organisasi yang cukup panjang dimulai dari cikal bakal terbentuknya Badan Istimewa (BI) pada September 1945 yang kemudian terbentuk suatu badan yang lebih resmi yang disebut dengan BRANI (Badan Rahasia Negara Indonesia) dan setelah itu berkembang menjadi Badan Intelijen Negara (BIN). Orang yang paling penting dan berpengaruh dalam pembentukan Badan Istimewa (BI) tersebut adalah seorang lulusan terbaik, baik dalam bidang pelajaran maupun dalam latihan tempur di Seinen Dojo (Balai Penggemblengan Pemuda), orang tersebut adalah Zulkifli Lubis. Sebelum membentuk Badan Istimewa Zulkifli Lubis telah memiliki pengalaman dalam membentuk suatu organisasi intelijen yaitu keikutsertaannya dengan Mayor Ogi (perwira intelijen Jepang di daerah Vietnam) dalam menundukkan daerah Vietnam tanpa harus melakukan perang terbuka dengan Vietnam. Selain itu Zilkifli Lubis juga ikut pernah masuk dalam organisasi Fujiwara Kikan (badan rahasia Jepang yang beroperasi di Asia Tenggara) dan di sana Zulkifli dilatih dan dididik oleh Rokugawa (perwira Intelijen Jepang) mengenai intelijen, misalnya bagaimana cara mengetahuii jumlah penduduk suatu kota dan mengetahui apakah kota tersebut pro atau kontra terhadap Jepang. Dalam melakukan semua pekerjaan tersebut, Zulkifli Lubis masih berpangkat seorang Letnan Dua atau sering disebut sebagai perwira muda, dari sini dapat dilihat bahwa Zulkifli Lubis telah memiliki potensi yang besar sebagai seorang pemimpin dari sejak masa mudanya di militer.

Lembaga intelijen di bawah kepemimpinin Zulkifli Lubis telah memberikan gambaran awal bagaimana intelijen itu bekerja dan berkembang di Indonesia. Sejak mulai terbentuknya Badan Istimewa, peran intelijen sangat dibutuhkan dalam menjaga dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Setelah Jepang pergi dari Indonesia, Belanda dan Inggris mencoba untuk menguasai kembali Indonesia. Disitulah salah satu contoh intelijen berperan dalam melakukan pengumpulan data serta pencegahan dini terhadap segala kemungkinan buruk yang mungkin menerpa Indonesia. Dalam melaksanakan tugas dan fungsi intelijen, Zulkifli Lubis melakukan banyak manuver intelijen militer dan politik. Salah satunya adalah menggalang dan merekrut penjahat yang ada di Nusakambangan untuk keperluan organisasi intelijen. Dengan keahliannya dalam melakukan penggalangan dan rekrutmen agen, banyak human intelligence yang telah terbentuk dan berkarir di dunia intelijen professional. Oleh karena itu penulis tertarik dan ingin mengkaji lebih dalam lagi mengenai keteguhan Zulkifli Lubis dalam merintis dunia intelijen professional.


Zulkifli Lubis lahir di Banda Aceh, 26 Desember 1923 dan meninggal di Jakarta, 23 Juni 1993 pada umur 69 tahun. Selain itu dia adalah seorang tokoh militer Indonesia dan pernah menjadi Pejabat KASAD periode 8 Mei 1955 - 26 Juni 1955. Zulkifli adalah anak kelima dari sepuluh bersaudara. Ayahnya bernama Aden Lubis gelar Sutan Darialam dan ibunya bernama Siti Rewan Nasution. Kedua orangtuanya adalah guru di sekolah guru Normaalschool.

Zulkifli Lubis memperoleh kesempatan menikmati pendidikan Belanda pada Hollandsch Inlansche School (HIS). Setelah menyelesaikan HIS, Zulkifli kemudian melanjutkan ke Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO) di kota yang sama. Di masa itu Zulkifli Lubis mulai kelihatan sering membaca koran Deli Blaad, yang diperoleh dari temannya yang berjualan. Melalui Deli Blaad, Zulkifli mulai mengenal pidato-pidato Sukarno, Muhammad Hatta, Muhammad Husni Thamrin dan perdebatan di Volksraad. Koran ini mempunyai peranan membangkitkan semangat kebangsaan Zulkifli Lubis. Di MULO, Zulkifli dan kawan-kawannya tergabung dalam kelompok Patriot. Mereka bisa dibilang sebagai oposisi diam-diam, sebagai contoh jika ada upacara mereka tidak mau menyanyikan lagu kebangsaan Belanda, malahan mengajak peserta upacara lainnya agar ikut diam.

Selepas tamat dari MULO, Zulkifli melanjutkan ke Algemeene Middlebare School B (AMS B) di Yogyakarta. Hal yang menyenangkan bagi Zulkifli di AMS B adalah kesempatan diminta maju ke depan kelas untuk mencoba mengajar. Misalnya mata pelajaran ilmu tata negara dan sejarah. Di AMS B, Zulkifli bersama teman-temannya sering mengadakan diskusi kebangsaan, termasuk teman-teman dari Parindra.

Kolonel Zulkifli Lubis adalah peletak batu dan komandan pertama badan intelijen Indonesia. Dia bergerilya di Sumatera dalam perang kemerdekaan. Pemimpin Gerakan Anti 17 Oktober 1952 Deputi Kepala Staf dan Penjabat Kepala Staf Angkatan Darat selama beberapa tahun dengan pangkat kolonel hingga meletakkan jabatan pada tahun 1956 salah satu gembong dalam pemberontakan PRRI – Permesta (1958). 

Setelah proklamasi kemerdekaan, Zulkifli Lubis dipercayakan sebagai pimpinan pusat Badan Keamanan Rakyat yang diketuai oleh Kaprawi dan dibantu oleh Sutalaksana (Ketua I), Latief Hendraningrat (Ketua II), Arifin Abdurrachman dan Machmud. Disinilah ia mulai mempersiapkan pembentukan badan intelijen yang diberi nama Badan Istimewa. Zulkifli Lubis, Sunarjo, Juwahir dan GPH Djatikusumo membidani lahirnya badan itu. Sekitar 40 orang bekas Giyugun dari seluruh Jawa bergabung dalam badan itu.

Zulkifli Lubis juga membentuk Penyelidikan Militer Chusus (PMC) pada akhir tahun 1945, Sutopo Yuwono termasuk di dalamnya. PMC bertanggung jawab langsung kepada Presiden Soekarno. Badan ini mengirim eksepedisi ke Sumatra, Kalimantan, Maluku dan Nusa Tenggara. Penyelundupan senjata dari Singapura pun dilakukan. Kegiatan ini dilakukan PMC di Sumatra dan Kuala Enoch atau Kuala Tungkal. Penyelundupan itu juga dilakukan untuk membantu operasi di Kalimantan di bawah pimpinan Muljono dan Tjilik Riwut.

Pada bulan April 1946, cabang PMC di Purwakarta mendapat reaksi yang sengit dari pihak tentara, karena dianggap melakukan serangkaian penangkapan dan penyitaan yang semena-mena. Keberatan itu muncul pula di berbagai daerah lain dan menyebabkan PMC dibubarkan oleh Markas Besar Tentara Keamanan Rakyat pada tanggal 3 Mei 1946. Kemudian beberapa bulan berikutnya, Zulkifli dan Sutjipto (pemimpin Penyelidik Umum Militer) terlibat dalam Peristiwa 3 Juli 1946, yaitu percobaan perebutan kekuasaan yang dimotori oleh Mayor Jenderal Sudarsono, Kepala Divisi III Yogyakarta. Sutjipto tertangkap, akan tetapi sebaliknya Zulkifli Lubis berhasil lolos.

Akibat kecerdikan Zulkifli Lubis, ia bisa menghapus jejak setelah melakukan aksi dan mendapat pemberian grasi Presiden Sukarno atas keterlibatannya dalam Peristiwa 3 Juli 1946. Zulkifli Lubis kemudian mendapat kepercayaan membentuk Badan Rahasia Negara Indonesia (Brani) dan menjadi ketuanya. Untuk merekut anggota Brani dan, Zulkifli menggunakan sebagian besar pelajar, bekas Seinen Dojo maupun Yugeki diantaranya Bambang Supeno, Kusno Wiwoho, Dirgo, Sakri, Suparto dan Tjokropranolo.

Setelah peristiwa 17 Oktober 1952 yang melibatkan konflik internal dalam Angkatan Darat, Zulkifli diangkat menjadi Wakil Kepala Staf Angkatan Darat (Wakasad) oleh Menteri Pertahanan Indonesia Iwa Kusumasumantri pada bulan Desember 1953, mendampingi Bambang Sugeng. Setelah Bambang Sugeng mengundurkan diri pada pertengahan 1955 ia diangkat menjadi Pejabat KASAD. Karena banyaknya suara yang menentang dia karena dianggap lebih intelijen dibanding militer dan pro-Barat, maka posisinya digantikan oleh Bambang Utoyo.

Sebagai seorang intelijen yang telah memiliki pengalaman serta pengetahuan yang dalam dan luas mengenai intelijen, Zulkifli Lubis memiliki beberapa teman yang dapat dianggap sebagai lawan ataupun teman dalam karir kepemimpinannya. Menurut penulis, tidak ada personal yang benar-benar menjadi pengikut setia dari Zulkifli Lubis karena menurut catatan sejarah yang ada banyak yang dahulunya teman dari Zulkifli Lubis yang pada akhirnya menjadi lawan karir intelijen maupun politik Zulkifli. Menurut penulis, ada satu hal yang dilakukan oleh Zulkifli Lubis sehingga mengakibatkan dirinya banyak ditemani dan dimusuhi oleh orang-orang yaitu Zulkifli memperjuangkan kepentingan Negara dan mengedepankan intuisi intelijen dalam melaksanakan tugasnya. Dalam kehidupan berorganisasi, Zulkifli Lubis didukung oleh orang-orang yang professional di bidang intelijen, mulai dari kaum pelajar, eks Seinen Dojo, bahkan sampai narapidana Nusakambangan juga dilatih agar memberikan dukungan positif dalam kinerja dan kepemimpinan Zulkifli di bidang intelijen. Walaupun banyak ditentang oleh petinggi-petinggi militer yang menganggap Zulkifli sebagai batu sandungan, tetapi pada kenyataannya Zulkifli tetap kuat dengan akses dan jaringan yang telah dia bangun, serta kemampuan dalam propagandanya sedikit banyak menarik perhatian orang-orang untuk mendukungnya.

Sebagai seorang perwira militer Zulkifli Lubis telah menghabiskan banyak waktu untuk menempuh karirnya di bidan militer khususnya intelijen. Selama bersekolah di Seinen Dojo, Zulkifli Lubis menduduki peringkat pertama di bidang  ilmu militer, baik di kelas maupun di lapangan. Sebagai seorang yang memiliki jiwa patriotism yang tinggi, Zulkifli memiliki ambisi untuk selalu melakukan yang terbaik. Terbukti pada saat ia dikirim oleh Jepang ke Singapura dan Kuala Lumpur, ia melaksanakan tugasnya dengan baik dan menimba ilmu intelijen yang sangat banyak yang akan dia gunakan kelak untuk membangun badan intelijen serta human intelligence yang professional di Indonesia.

Setelah selesai menempuh pendidikan intelijennya dan setelah kemerdakaan Indonesia, Zulkifli mendirikan Badan Istimewa yang merupakan cikal bakal dari Badan Intelijen Negara (BIN) dimana Zulkifli mengumpulkan 40 orang giyugun dari seluruh Jawa. Setelah melalui proses yang panjang, akhirnya BI dibubarkan dan dibentuklah BRANI (Badan Rahasia Negara Indonesia) yang tetap dipimpin oleh Zulkifli Lubis. BRANI mengambil anggota sebagian besar dari pelajar, bekas seinen dojo, maupun bekas-bekas gerilyawan. Zulkifli Lubis juga merekrut sejumlah pemimpin lascar sebagai agennya di daerah-daerah untuk menyelusup ke Kalimantan, Indonesia Timur, bahkan untuk melakukan deteksi dini terhadap orang-orang yang berhaluan komunis.

Dalam perjalanannya karirnya sebagai seorang intelijen professional, Zulkifli Lubis banyak melatih dan mengkaderisasi orang-orang yang dianggap mampu untuk melaksanakan tugas intelijen. Sebagai contoh keberhasilan, gerakan komunis telah lama di deteksi dan dibaca oleh Zulkifli dengan sebaran agen-agen serta akses yang dia miliki sehingga banyak petinggi militer maupun politik yang tidak menyukai Zulkifli. Tidak hanya membaca pergerakan komunis, Zulkifli melalui agen-agen serta aksesnya juga mampu membaca akan adanya peristiwa 17 Oktober 1952 dimana terdapat beberapa perwira militer yang ingin membubarkan parlemen, dan Zulkifli juga mampu meredam amukan demonstran pada saat itu serta memutarbalikkan keadaan situasi dan kondisi dimana seharusnya demonstran melawan Sukarno tetapi yang terjadi demonstran malah mendukung Sukarno.

Sikap patriotisme Zulkifli serta idealismenya dalam menjalankan UUD 1945, banyak yang pada akhirnya menjauhi Zulkifli hingga pada akhirnya akibat dari kekecawaan Zulkifli terhadap pemerintah ia kemudian bergabung dalam PRRI (Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia) yang menentang pemerintah Indonesia mengambil alih perusahaan-perusahaan miliki Belanda namun ternyata perusahaan-perusahaan itu berafiliasi ke PKI dan PNI yang ternyata di balik itu angkatan darat juga ikut mengelola dan mengambil untung dari perusahaan yang telah disita itu. Maka dapat dikatakan, menurut catatan sejarah, kesalahan utama Zulkifli Lubis adalah ikut serta mengambil posisi penting dalam pemberontakan PRRI, walaupun niat Zulkifli Lubis adalah menentang PKI dan tidak suka adanya bisnis antara AD dengan PKI tetapi tetap saja langkah yang diambil Zulkifli Lubis adalah salah menurut hukum yang berlaku di Indonesia pada saat itu.

Selama menjabat dan bertugas sebagai perwira intelijen, Zulkifli Lubis telah memberikan kontribusi yang sangat besar bagi Negara Indonesia di bidang intelijen sehingga setiap orang mengenal Zulkifli Lubis sebagai bapak intelijen Indonesia. Setidaknya ada beberapa hal terobosan-terobosan yang telah dibuat oleh Zulkifli Lubis di bidang intelijen dan yang paling penting dan paling utama adalah pembuatan Badan Istimewa (BI) yang kemudian berubah menjadi BRANI (Badan Rahasia Negara Indonesia), dimana BI merupakan cikal bakal dari badan intelijen sementara BRANI adalah badan intelijen pertama di Indonesia yang berdiri sendiri.
Terobosan lainnya mengenai system rekrutmen agen atau personil intelijen yang dilakukan Zulkifli Lubis, yaitu Zulkifli memiliki beberapa cara dalam rekrutmen personil intelijen, mulai dari merekrut orang-orang yang berpengalaman di bidangnya sampai kepada mahasiswa-mahasiswa yang belum memiliki pengalaman di bidang intelijen namun memiliki potensi menjadi personil intelijen yang mumpuni. System rekrutmen yang dilakukan oleh Zulkifli Lubis terbukti berhasil yaitu ketika badan intelijen yang dipimpin oleh Zulkifli berhasil mendeteksi secara dini ancaman komunisme yang ada di Indonesia dan keberhasilan intelijen dalam mengumpulkan informasi-informasi rahasia di seputar lembaga militer dan kemudian melaporkan hasilnya langsung kepada presiden.

Mengingat pada saat itu intelijen berperan sebagai alat Negara untuk melaksanakan fungsi keamanan, intelijen di bawah komando Zulkifli Lubis berhasil dalam meredam amukan massa pada saat gerakan 17 Oktober 1952. Demonstran yang pada saat itu disertai oleh militer lengkap dengan kendaraan lapis baja menginginkan parlemen segera dibubarkan, namun karena Zulkifli menurunkan anggotanya ke kerumunan demonstran dan melakukan penggalangan, dalam hitungan menit suasana berubah menjadi mendukung Sukarno agar tetap menjalankan pemerintahan dengan baik.

Selain keberhasilannya dalam melakukan propaganda dan rekrutmen agen, penulis juga menemukan catatan sejarah bahwa Zulkifli Lubis berhasil mengkaderisasi anggota-anggota yang pernah dibawah pimpinannya menjadi personil intelijen yang kelak dapat menggantikan posisinya, salah satu yang paling terkenal adalah Yoga Sugomo. Zulkifli Lubis senantiasa memberikan pelatihan dan didikan bagi Yoga Sugomo sampai dengan memerintahkan Yoga untuk melanjutkan pendidikan di MI-6  (badan intelijen Inggris). Setelah selesai mendapatkan pendidikan, Zulkifli langsung menugaskan Yoga Sugomo di Semarang sebagai Asisten I (Intelijen) TT-IV yang kemungkinan bertujuan untuk menyilidiki keberadaan komunis di daerah Indonesia. Karir Yoga Sugomo lambat laun naik sehingga di puncak karir tertingginya dia pernah menjadi petinggi di Bakin dan Kopkamtib, selain di Gabungan 1 (G-1) Hankam dan Pusintelstrat (Pusat Intelijen Strategis) Hankam. Saat menjadi Kepala Bakin (Kabakin), tahun 1978 ia dipercaya Soeharto merangkap sebagai Kepala Staf Kopkamtib. Kedudukannya pada saat itu sangat sentral dan berpengaruh besar bagi Negara, walaupun pada akhirnya Yoga Sugomo bersinggungan dengan Zulkifli Lubis dimana pada saat itu Zulkifli Lubis terlibat dalam pemberontakan PRRI dan Yoga Sugomo bertugas untuk memberantas pemberontakan PRRI tersebut.

Kelebihan dari metode kepemimpinan yang dilakukan oleh Zulkifli Lubis adalah menjalankan kepemimpinannya dengan jiwa patriotisme yang tinggi serta selalu memegang teguh UUD 1945 sebagai landasan konstutisionalnya. Dengan jiwa patriotism yang tinggi, Zulkifli mampu menjadi yang terbaik di Seinen Dojo dan dia menjadi murid kesayangan yang dibanggakan oleh perwira militer Jepang. Kalau dilihat dari kacamata orang biasa, dapat dikatakan bahwa Zulkifli akan menjadi antek-antek militer Jepang, tetapi yang terjadi sebenarnya Zulkifli ingin menjadi yang terbaik agar dapat kelak memberikan yang terbaik bagi Negara Indonesia.

Selain itu, dengan kemampuan dan instuisi intelijen yang dimiliki Zulkifli Lubis, dia mempu mengkoordinir dan mengkaderisasi orang-orang yang bekerja di bawahnya sehingga terbentuklah human intelligence yang handal dan memberikan sumbangsih yang besar dalam informasi di badan intelijen Indonesia pada saat itu.

Kemauan yang kuat dalam melaksanakan tugasnya sebagai perwira intelijen mengakibatkan banyak yang senang dan membutuhkan peranan Zulkifli Lubis, namun tidak dapat dipungkiri banyak juga yang tidak senang dengan sepak terjang Zulkifli Lubis.

Disamping kelebihan pasti ada kelemahan, hal tersebut juga terdapat pada Kolonel Zulkifli Lubis. Selama menjabat sebagai pimpinan intelijen, Zulkifli terkadang mengambil keputusan dan tindakan yang dianggap orang umum tidak wajar. Misalnya tidak mau menyerahkan jabatannya sebagai Wakil Kasad kepada penggantinya yang baru karena Zulkifli menganggap penggantinya tidak kompeten sebagai Wakil Kasad. Selain itu, Kolonel Zulkifli Lubis juga pada akhirnya bergabung dengan PRRI dan hal ini menunjukkan bahwa Zulkifli Lubis mengambil tindakan yang ekstrim untuk mempertahankan ideology dan pemikiran yang dia miliki.

Dengan metode kepemimpinan yang dijalankan Zulkifli Lubis dalam membina dan membangun dunia intelijen di Indonesia, kemungkinan intelijen di Indonesia akan memiliki jati diri yang sangat kuat dalam menjalankan dan melaksanakan kontitusi karena menurut data yang penulis kumpulkan, Zulkifli Lubis adalah orang yang sangat taat konstitusi. Zulkifli juga adalah orang yang sangat taat dan setia kepada pemimpin yang dia anggap memang layak untuk dihormati dan diteladani, dengan sifat kepemimpinan yang seperti ini, diharapkan personil intelijen di Indonesia tidak dapat direkrut oleh badan intelijen asing dan tidak berbohong atau fabrikasi data terhadap user yang memimpin personil intelijen.

Kepemimpinan yang dilakukan Zulkifli Lubis sering kali mendapat kritikan dari kalangan pejabat Negara khususnya militer yang tidak menyukai gaya kepemimpinannya. Dengan gaya kepemimpinan yang seperti ini dikhawatirkan orang-orang yang tidak suka terhadap Zulkifli dapat mengganggu dan merusak juga lembaga dibawah kepemimpinannya. Misalnya jika seorang perwira intelijen menerapkan gaya kepemimpinan Zulkifli da nada beberapa orang yang tidak sengan dengan hal itu dikhawatirkan orang yang tidak senang tersebut tidak hanya mengganggu pemimpinnya tetapi juga mengganggu lembaga intelijen yang dia pimpin.

Berdasarkan hasil pembahasan dan analisis yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan bahwa Zulkifli Lubis adalah seorang pemimpin yang memiliki sifat tegas, jujur, bertanggung jawab, dan memiliki pendirian yang sangat kuat. Dalam mencapai keberhasilannya sebagai seorang perwira militer dan intelijen, Zulkifli Lubis memiliki banyak orang-orang dibelakang yang siap membantu dia kapan saja dan dimana saja, namun tidak hanya teman yang dimiliki oleh Zukifli, banyak juga orang-orang yang tidak senang dengan gaya kepemimpinan yang dimiliki oleh Zulkifli Lubis.

Selama menjadi pemimpin dalam dunia intelijen, Zulkifli Lubis telah banyak memberikan gambaran awal bagaimana seharusnya intelijen itu bekerja untuk Negara dan mengabdi untuk rakyat. Selama menjadi perwira intelijen Zulkfili telah banyak memberikan masukan atau kepada presiden yang pada saat itu dipimpin oleh Ir. Soekarno dalam mengambil beberapa kebijakan dan keputusan walaupun pada akhirnya Zulkifli bertentangan atau berseberangan dengan presiden Soekarno, dan hal ini memberikan pelajaran bahwa jiwa seorang intelijen professional itu tidak bergantung pada siapa yang menjadi user atau pemimpinnya tetapi jiwa seorang intelijen professional itu adalah mengabdi pada Negara serta setia kepada konstitusi.

Untuk menghindari kritikan yang dilontarkan dari pejabat Negara khususnya militer yang tidak menyukainya pada saat itu, sebaiknya Zulkifli Lubis bersikap sabar dan rendah hati serta mengutarakan  maksudnya tersebut dalam melakukan suatu kebijakan atau tindakan yang dianggap krusial, agar tidak terjadi kesalahpahaman para petinggi dan pejabat Negara serta militer terhadap Zulkifli dan lembaga intelijen yang dipimpinnya. Dalam mengambil suatu tindakan perlu memperhatikan segala aspek yang berhubungan dengan hal tersebut, agar tidak mengganggu dan menghambat aspek lainnya, terbukti saat Zulkifli Lubis dianggap salah langkah dengan ikut bergabung dengan PRRI pada masa itu.

Tulisan ini sangat berguna dan bermanfaat khususnya bagi aparatur Negara dalam mengabdi kepada bangsa dan Negara. Aparatur Negara harus mampu membedakan antara kepentingan pribadi, kepentingan organisasi/lembaga, kepentingan pemimpin/petinggi, dan kepentingan nasional. Sesuai dengan pengalaman yang dialami oleh Zulkifli Lubis, selama memimpin dan menjadi perwira militer Zulkifli harus menyesuaikan dengan situasi serta kondisi yang ada pada saat itu dan harus memiliki prioritas dalam menentukan arah dan tujuan dari setiap kebijakan dan perbuatan yang dia lakukan.

No comments:

Post a Comment