Di dalam perang ada dua teori besar yang sering digunakan yaitu teori perang terbuka dan teori perang tertutup. Dalam teori perang terbuka, suatu Negara akan berhadapan secara langsung tanpa memiliki strategi yang yang mapan dalam menghadapi Negara lain. Selain itu suatu Negara harus menghadapi musuh dengan jumlah pasukan tiga kali lebih banyak daripada pasukan musuh. Misalnya untuk menghadapi pasukan sejumlah lima ribu orang suatu Negara harus mengerahkan pasukan sebanyak 15.000 orang. Teori yang kedua adalah teori perang tertutup yang dipelopori oleh Sun Zhu, yaitu seranglah musuhmu dengan cara yang lebih halus dan dalam keadaan dan posisi yang tidak menguntungkan untuk musuh. Maksud dari penyataan tersebut adalah menyerang musuh di titik kelemahannya dengan menggunakan kekuatan kita dan memanfaatkan kondisi situasi dan lingkungan yang merugikan bagi musuh. Perang yang dimaksud oleh Sun Zhu juga meliputi perang urat syaraf (Cy War) yang meliputi konspirasi dan propaganda serta perang tertutup yang dilakukan tanpa menggunakan kekuatan angkatan bersenjata. Melihat dua teori besar tersebut, intelijen dapat dikatakan sebagai ilmu, kegiatan, maupun organisasi yang cenderung menggunakan teori perang tertutup yang dikemukakan oleh Sun Zhu sehingga sering disebut bahwa Sun Zhu adalah bapak intelijen dunia.
Pada saat ini dunia intelijen telah semakin berkembang dalam segala aspek, mulai dari technology advancement sampai kepada human intelligence-nya yang dimana sosok seorang pemimpin itu sangat diperlukan dalam pembentukan dan pengembangan dan pembentukan human intelligence seseorang. Dalam melakukan manajemen, pemimpin akan melakukan fungsi manajemen dimana dia akan melakukan controlling dan directing terhadap orang-orang yang bekerja dibawah kepemimpinannya sehingga pemimpin tersebut akan memberikan evaluasi dan masukan-masukan kepada bawahan bagaimana cara bekerja yang baik dan benar sesuai dengan apa yang telah ditentukan dalam AD/ART organisasi. Seorang pemimpin dalam suatu organisasi/lembaga akan menentukan behavior (sifat) organisasi/lembaga tersebut karena pada dasarnya pemimpin lah yang menentukan arah kebijakan dan cara pandang suatu organisasi/lembaga dalam menghadapi suatu permasalahan. Oleh karena itu pimpinan organisasi/lembaga intelijen akan menentukan bagaimana kinerja personil intelijen yang berada di bawah kepemimpinannya. Oleh karena itu pribahasa “tidak jauh buah dari pohonnya” dapat dikaitkan dengan kemiripan sifat dan watak seorang bawahan terhadap siapa yang telah memimpin dan mengarahkan dia selama itu.
BIN (Badan Intelijen Negara) adalah suatu lembaga Negara yang dimiliki Indonesia untuk menjalankan tugas pokok dan fungsi intelijen. BIN mirip dengan lembaga Negara lainnya dimana BIN telah mengalami perkembangan dan perjalanan sejarah organisasi yang cukup panjang dimulai dari cikal bakal terbentuknya Badan Istimewa (BI) pada September 1945 yang kemudian terbentuk suatu badan yang lebih resmi yang disebut dengan BRANI (Badan Rahasia Negara Indonesia) dan setelah itu berkembang menjadi Badan Intelijen Negara (BIN). Orang yang paling penting dan berpengaruh dalam pembentukan Badan Istimewa (BI) tersebut adalah seorang lulusan terbaik, baik dalam bidang pelajaran maupun dalam latihan tempur di Seinen Dojo (Balai Penggemblengan Pemuda), orang tersebut adalah Zulkifli Lubis. Sebelum membentuk Badan Istimewa Zulkifli Lubis telah memiliki pengalaman dalam membentuk suatu organisasi intelijen yaitu keikutsertaannya dengan Mayor Ogi (perwira intelijen Jepang di daerah Vietnam) dalam menundukkan daerah Vietnam tanpa harus melakukan perang terbuka dengan Vietnam. Selain itu Zilkifli Lubis juga ikut pernah masuk dalam organisasi Fujiwara Kikan (badan rahasia Jepang yang beroperasi di Asia Tenggara) dan di sana Zulkifli dilatih dan dididik oleh Rokugawa (perwira Intelijen Jepang) mengenai intelijen, misalnya bagaimana cara mengetahuii jumlah penduduk suatu kota dan mengetahui apakah kota tersebut pro atau kontra terhadap Jepang. Dalam melakukan semua pekerjaan tersebut, Zulkifli Lubis masih berpangkat seorang Letnan Dua atau sering disebut sebagai perwira muda, dari sini dapat dilihat bahwa Zulkifli Lubis telah memiliki potensi yang besar sebagai seorang pemimpin dari sejak masa mudanya di militer.
Lembaga intelijen di bawah kepemimpinin Zulkifli Lubis telah memberikan gambaran awal bagaimana intelijen itu bekerja dan berkembang di Indonesia. Sejak mulai terbentuknya Badan Istimewa, peran intelijen sangat dibutuhkan dalam menjaga dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Setelah Jepang pergi dari Indonesia, Belanda dan Inggris mencoba untuk menguasai kembali Indonesia. Disitulah salah satu contoh intelijen berperan dalam melakukan pengumpulan data serta pencegahan dini terhadap segala kemungkinan buruk yang mungkin menerpa Indonesia. Dalam melaksanakan tugas dan fungsi intelijen, Zulkifli Lubis melakukan banyak manuver intelijen militer dan politik. Salah satunya adalah menggalang dan merekrut penjahat yang ada di Nusakambangan untuk keperluan organisasi intelijen. Dengan keahliannya dalam melakukan penggalangan dan rekrutmen agen, banyak human intelligence yang telah terbentuk dan berkarir di dunia intelijen professional. Oleh karena itu penulis tertarik dan ingin mengkaji lebih dalam lagi mengenai keteguhan Zulkifli Lubis dalam merintis dunia intelijen professional.